MAKALAH MANAJEMEN
Pengambilan Keputusan : Hakekat Pekerjaan Manajer


Kelompok 4
Hafid Jalaluddin                15820
Rizza Erlina Fitriana          15820118
June Jati Ayu                      15820134
Risa Danna                          15820
Lulu ulaeni                           15820129

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA
KATA PENGANTAR

Allahdulillahirabbil’alamin. Allahumma sholli’ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.
Puji syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberi rahmat kepada kita semua. Shalawat serta salam tidak lupa mari kita senandungkan untuk junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah MANAJEMEN yang diampu oleh Ibu Ruspita Rani Pertiwi S.PSI,M,SI Dalam menulis makalah ini, penyusun merasa banyak kekurangan dan kesalahan dikarenakan penyusun masih dalam tahap belajar.
Akan tetapi, penyusun tetap berharap supaya makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.


                                                                                    Yogyakarta, 24 September 2015

                                                                                                            Penyusun









DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii

BAB I   :   PENDAHULUAN......................................................................................................
A.      Latar Belakang...........................................................................................................1
B.      Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
C.      Rumusan Masalah.....................................................................................................2

BAB II  :   PEMBAHASAN...............................................................................................
A.      Pengertian Pengambilan Keputusan..................................................................3
B.      Proses Pengambilan Keputusan.........................................................................4
C.      Tipe-tipe Keputusan...................................................................................................6
a.      Manajer Sebagai Pengambil Keputusan........................................................7
b.      Pengambilan keputusan kelompok...............................................................8
c.       Gaya dalam pengambilan keputusan.............................................................9
D.     Jenis Keputusan dan Kondisi Pembuatan Keputusan................................................10
E.      Pembuatan Keputusan Yang  Efektif Di Dunia Dewasa Ini........................................12
BAB III : HAKEKAT PEKERJAAN MANAJER..............................................................................
A.      Pola-pola Aktivitas Khas dalam Pekerjaan Manajerial..............................................14
B.      Teori  Tentang Tuntutan Kendala dan Pemilihan......................................................16
Daftar Pustaka..............................................................................................................22 





BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
 Kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian keputusan-keputusan untuk investasi. Menaikan harga jual. Mengambil tindakan terhadap karyawan yang sering terlambat. Pemilihan lokasi gudang baru yang harus dibangun. Dan masalah-maslah besar maupun lainnya dimana para manajer membuat keputusan tindakan apa yang diambil. Atau paling tidak menugaskan orang lain untuk memutuskan proses, kegiatan-kegiatan hasil keputusan itu sendiri biasanya dilaksanakan oleh orang-orang lain.
   Pembuat keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer, kegiatan ini memainkkan peranan penting, terutama bila manajer menjalankan fungsi perencanaan, perencanaan menyangkut keputusan-keputusan sangat penting dan jangka panjang yang dibuat manajer. Dalam perencanaan-perencanaan manajer manajer memutuskan tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai, sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang akan melaksanakan setiap tugas yang akan dibutuhkan. Kualitas keputusan-keputusan manajer akan menentukan efektivitas rencana yang disusun. Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses melalui mana serangkai kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu








2

B.    Tujuan Penulis
     Tujuan penulisan makalah ini adalah memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah manajemen dan mengetahui tentang pengambilan keputusan dan hakekat pekerjaan manajemen.
C.     Rumusan Masalah
1.      Menggambarkan delapan langkah dalam proses pembuatan keputusan
2.      Menjelaskan tiga cara manajer menjelaskan keputusan
3.      Mengklarifikasi kondisi keputusan dan pembuatan keputusan
4.      Mengindentifikasi teknik pembuatan keputusan yang efektif
5.      Untuk memenuhi salah satu tugas makalah mata kuliah manajemen.


   










                            
3
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengambilan Keputusan
    Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu maslah dengan pengumpulah fakta-fakta dan data. Menentukan alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat. Atau dengan kata lain pengambilan keputusan merupakan tindakan manajemen dalam pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran.
    Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal atau diterima oleh kalangan luas ialah teori Rasional Komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini adalah sebagai berikut:
1.      Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan oleh maslah-masalah lain atau dinilai sebagai masalah-maslah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.
2.      Tujuan-tujuan nilai atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat di tetapkan tingkatannya sesuai dengan urutan pentingnya.
3.      Berbagai alternatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara seksama.
4.      Akibat -akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih dengan teliti.
5.      Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya dapat dibandingkan dengan alternatif-alternatif lainnya.
6.      Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-akibatnya yang akan memungkinkan tercapainya tujuan, nilai, atau sasaran.
B.      Proses Pengambilan Keputusan
·         Mengidentifikasi Masalah
Proses pengambilan keputusan berawal dengan adanya masalah, atau lebih tepat keseniangan antara keadaan nyata dan keadaan yang dikehendaki, manajer akan menyadari adanya masalah dengan melihat dimana suatu hal yang berada sekarang dibanding dengan dimana mereka seharusnya berada ditempat yang mereka inginkan, maka akan timbul krisis ketidaksesuaian. Tapi hal itu  belumlah cukup untuk menjadi suatu maslah.

·         Mengidentifikasi Kriteria Keputusan
Setelah manajer mengidentifikasi masalah yang membutuhkan perhatian. Kriteria putusan yang penting untung memecahkan masalah tersebut haruslah diidentifikasi. Artinya, para manajer harus menentukan apa yang relevan dalam mengambil keputusan.

·         Mengalokasikan Bobot Kriteria
Kriteria yang diidentifikasi dalam langkah dua tidak semuanya penting. Oleh karenanya, para pengambil keputusan harus memberi bobot ke butir-butir tersebut prioritas yang tepat pada keputusan itu.

·         Mengembangkan Alternatif
Langkan keempat menuntut para pengambil keputusan membuat sejumlah daftar alternatif yang dapat menyelesaikan masalah itu. Baik buruknya suatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas kemampuan menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang dihadapi. Dalam usaha menganalisa alternatif yang ada seseorang perlu memperitungkan :
1.      Siapa yang terlibat/dipengaruhi setiap alternatif?
2.      Tindakan apa yang diperlukan?
3.      Reaksi apa yang mungkin timbul?
4.      Dimana sumber reaksi tersebut?
5.      Interaksi apa yang diperlukan?

·         Menganalisis Alternatif
Setelah Alternatif-Alternatif itu terindetifikasi. Pengambil keputusan secara krisis harus mengambil keputusan masing-masing alternatif itu, yaitu dengan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan masing-masing alternatif dengan cara membandingkan dalam kriteria dalam langkah-langkah dua dan tiga. Dari perbandingan itu, kekuatan dan kelemahan masing-masing alternatif  menjadi jelas.

·         Memilih Seuah Alternatif
Langkah keenam merupakan tindakan penting yaitu memilih alternatif terbaik dari alternatif yang telah dipertimbangkan. Sebelumnya telah menentukan semua faktor yang terkait dalam keputusan itu, memberi bobot, dan mengidetifikasi serta menganalisis alternatialternatif yang bisa berhasil. Tentu semata-mata harus memilih alternatif yang menghasilkan angka paling tinggi dalam langkah 5.
 
Pada setiap pengambilan keputusan selalu disertai dengan pengambilan resiko pada umumnya pilihan diambil dari berbagai alternatif jika di duga bahwa pilihan itu akan memberikan manfaat yang paling besar baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Namun demikian, perlu dippertimbangkan juga bahwa resiko yang menyertai bersifat moderat.

·         Mengimplementasikan Alternatif
Langkah ketujuh membahas upaya yang menerapkan keputusan tersebut menjadi tindakan. Implementasi mencakup penyampaian keputusan itu kepada orang-orang yang terpengaruh dan mendapatkan mereka atas keputusan tersebut.

·         Mengevaluasikan Efektivitas Keputusan
Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan mencakup menilai hasil keputusan tersebut untuk  melihat apakah masalahn ya telah teratasi. Apakah alternative yang dipilih dalam langkah 6 dan diimplementasikan dalam langkah 7 mencapai hasil yang dikehendaki? Cara mengevaluasi hasil-hasil itu dirinci dalam bagian ini.

 Oleh karena itu, untuk mengadakan penilaian yang baik diperlukan obyektivitas dalam melakukan penilaian atau evaluasi. Biasanya hal yang sangat sukar bagi seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh karena itu, pelaksan penilaian dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memperoleh tingkat obyektivitas setinggi mungkin.

Untuk memproses evaluasi perlu diperhatikan mengenai tempat dan siapa yang bertanggung jawab serta kapan hal tersebut dilaksanakan,  contoh: sebelum manajer menentukan  suatu kebijakan baru untuk merespon keluhan pengunjung . untuk menjamin agar kegiatan itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf yang terkait. Kemudian bagaimana persoalan itu akan dikomunikasikan kepada personal lainnya.

C.      Tipe-tipe Keputusan

  Pembuatan keputusan dapat didefenisikan sebagai  penentuan serangkai kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pembuatan keputusan ini tidak hanya dilakukan oleh para manajer puncak tetapi juga para manajer menengah.
Manajer akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda sesuai perbedaan kondisi dan situasi yang ada, keputusan-keputusan juga dibedakan antara keputusan yang dibuat dibawah kondisi kepastian risiko dan ketidak pastian.

·         Keputusan-keputusan yang diprogram (Programmed Decision)
Keputusan-keputusan yang diprogram adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan, atau prosedur. Keputusan-keputusan ini rutin dan berulang-ulang. Sebagai contoh, manajer tidak perlu memikirkan penetapan gaji karyawan baru, karena organisasi pada umumnya mempunyai skala gaji untuk semua posisi. Manajer juga tidak perlu memikirkan masalah-masalah harian yang akan dihadapi, karena prosedur-prosedur untuk menangani masalah rutin telah tersedia.
·         Keputusan-keputusan yang tidak diprogram (Nonprogramemed Decision)
Keputusan ini dilain pihak adalah keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas, atau tidak biasa.beberapa contoh masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak diprogram antara lain, cara mengalokasikan sumberdaya-sumedaya organisasi. Penanganan ini produk yang jatuh dipasaran, atau cara perbaikan hubungan masyarakat.
Herbert A Simon mengemukakan teknik-teknik tradisional dan modern dalam pembuatan keputusan-keputusan yang diprogram dan tidak diprogram. Sejalan dengan perkembangan teknik-teknik pembuatan keputusan, efisiensi pemecahannya juga telah meningkat.

Keputusan-keputusan dengan kepastian risiko dan tidak kepastian dalam berbagai situasi akan berbeda-beda. Oleh karena itu manajer akan menghadapi tiga situasi yaitu:

·         Dalam Kondisi Kepastian (Certainly)
Para manajer sksn mengetahui apa yang terjadi di waktu yang akan menjadi sebagai dasar keputusan.

·         Dalam Kondisi Risiko (Risk)
Manajer mengetahui besarnya probabilitas setiap kemungkinan hasil tetapi informasi lengkap tidak bersedia.

·         Dalam Kondisi Ketidakpastian (Unvcertainly)
Manajer tidak mengetahui probabilitas bahkan mungkin tidak mwngetahui kemungkinan hasil-hasil dalam kondisi ketidakpastian dapat dilakukan lebih tepat dengan menggunakan metode-metode kuantitatif untuk mengantisipasi dan memperkirakannya.

a.      Manajer Sebagai Pengambil  Keputusan

  Setiap orang dalam organisasi membuat keputusan tetapi dalam pengambilan keputusan itu penting terutama dalam pekerjaan manajer. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari keempat fungsi manajerial. Itulah alasannya mengapa para manajer ketika mereka merencanakan mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan. Seringkali disebut sebagai pengambil keputusan. Jadi benar, jika kita mengatakan keputusan itu sama artinya dengan mengelola. Dalam bagian ini kita kan memulai dengan melihat tiga prosfektif tentang bagaimana keputusan dibuat:


Membuat keputusan: Rasionalitas-rasonalitas terbatas dan Intusi
·         Keputusan Rasionalitas
Pengambilan keputusan manajerial diasumsikan bersifat rasional. Dengan asumsi itu di maksudkan bahwa para manajer membuat pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dengan kendala tertentu.

·         Keputusan Rasionalitas Terbatas
Kendati ada batas-batas terhadap rasionalitas sempurna. Para manajer diharapkan untuk mengikuti proses rasional ketika mengambil keputusan. Para manajer mengetahui bahwa pengambil keputusan yang baik diandalkan melakukan hal-hal tertentu yaitu: mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan berbagai alternative, mengumpulkan informasi, dan bertindak secara tegas. Namun, berhati-hati. Para manajer dengan demikian diharapkan menampilkan perilaku pengambilan keputusan yang benar. Dengan begitu, para manajer meberi isyarat kepada rekan, atasan, dan bawahan. Dan bahkan mereka tahu bahwa mereka itu kompetendan bahwa keputusan mereka merupakan hasil pertimbangan yang cerdas dan rasional.

·         Peranan Keputusan Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan,  pertimbangan yang sudah terkumpu. Para peneliti yang mengkaji penggunaan intuisi oleh manajer dalam pengambilan keputusan menemukan lima aspek intuisi yang berbeda-beda. Membuat keputusan secara intuisi atau perasaan yang paling dalam tidak harus terlepas analitis rasional tapi melainkan kedua hal tersebut saling melengkapi. Manajer yang pernah mempunyai pengalaman dengan masalah ini, atau situasi tertentu, atau bahkan mirip, sering dapat bertindak dengan cara cepat, walaupun tampaknya hanya ada informasi yang terbatas. Manajaer tersebut tidak mengandalkan pada analisis terhadap masalah atau identifikasi dan evaluasi terhadap alternative.

b.      Pengambilan Keputusan Kelompok
 Banyak para manajer akan sulit membuat keputusan-keputusan tanpa melibatkan para bawahan. Banyak manajer yang merasa bahwa keputusan-keputusan yang menyangkut kelompok seperti panitia, lebih efektif karena mereka memaksimumkan pengetahuan yang lain.
Ada dua kriteria uta untuk pengambilan keputusan yang efektif yaitu:
1.      Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang sebelumnya telah didefinisikan.
2.      Keputusan harus diterima oleh orang yang bertanggung jawab melaksanakannya, contoh: rapat adalah salah satu acara terpenting.

·         Untuk mencapai informasi dan mengambil keputusan ada keuntungan-keuntungan tertentuyang dapat dipetik melalui suatu rapat yaitu:
a.      Masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya karena dibicarakan dalam forum terbuka.
b.      Interaksi kelompok akan menghasilkan pendapat dan buah pikiran serta pengertian yang mendalam.
c.       Penerimaan dan pelaksanaan keputusan diambil oleh peserta rapat.
d.      Rapat melatih menerima pendapat orang lain.
e.      Melalui rapat peserta dapa belajar memikirkan orang lain dan belajar menempatkan diri pada posisi orang lain.

·         Kelemahannya yaitu:
a.      Implementasi suatu keputusan. Apakah dibuat oleh kelompok atau tidak harus diselesaikan oleh para manajer secara individual.
b.      Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi, keputusan kelompok sangat memakan biaya.
c.       Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efisien bila keputusan harus di buat dengan cepat.
d.      Keputusan kelompok dari berbagai kasus merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok.
e.      Bila atasan terlibat atau bila salah satu anggota mempunyai keperibadian dominan, keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.

c.       Gaya dalam pengambilan keputusan

·         Gaya mengarahkan (directive style)
Orang yang mempunyai gaya mengarahkan (directive style) memiliki toleransi rendah terhadap ambiulitas dan bersikap rasional dalam cara berfikirnya. Mereka itu efisien dan logis. Jenis mengarahkan membuat keputusan secara cepat dan memusatkan perhatian pada jangka pendek kecepatan dan efisiensi mereka dalam membuat keputusan sering mengakibatkan mereka mengambil keputusan dengan informasi minimumdan dengan menilai sedikit alternative saja.

·         Gaya Analitis
Pembuatan keputusan yang bergaya analitis (analytic style)mempunyai jauh lebih banyak toleransi terhadap ambiugitas daripada jenis mengarahkan mereka menginginkan lebih banyak informasi sebelum mengambil keputusan dan menuangkan lebih banyak alternative daripada pengambil keputusan yang bergaya mengarahkan.

·         Gaya Konseptual
Individu-individu dengan gaya konseptual (conceptual style) cenderung amat luas pandangan mereka dan akan melihat banyak alternative. Mereka memusatkan perhatian jangka panjang dan sangat baik dalam menemukan pemecahan kreatif atas sejumlah masalah.

·         Gaya Perilaku
Para pengambil keputusan yang bergaya perilaku (behavioral style) sangat baik dalam bekerja sama dengan orang lain. Mereka menaruh perhatian prestasi anak buah dan sangat suka menerima saran dari orang lain.

D.     JENIS KEPUTUSAN DAN KONDISI PEMBUATAN KEPUTUSAN

1.      Jenis Keputusan
Manajer disemua jenis organisasi menghadapi jenis masalah dan keputusan yang berbeda pada saat mereka melakukan pekerjannya. Bergantung pada sifat masalahnya, manajer dapat membuat satu atau dua jenis keputusan yang berbeda.
a.      Masalah yang terstuktur dan keputusan yang terprogram
Beberapa masalah bersifat langsung. Tujuan pembuatan sudah jelas, masalah sering dihadapi dan informasi mengenai masalah mudah didefinisikan serta diselesaikan
b.      Keputusan dalah terprogram
Keputusan berulang yang dapat diatasi dengan menggunakan pendekatan rutin.
c.       Prosedur
Prosedur adalah serangkaian langkah berurutan yang digunakan manajer untuk merespons masalah terstruktur. Satu-satunya kesulitan yang dihadapi adalah mengidentifikasi masalah. Setelah masalahnya diketahui, kemudian juga dengan prosedurnya.
d.      Peraturan
Peraturan adalah pernyataan eksplisit yang memberitahu manajer apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Peraturan ini sering digunakan karena mudah diikuti dan memastikan konsistensi.
e.      Kebijakan
Kebijakan adalah pedoman dalam pembuatan keputusan . berlawanan dengan peraturan, kebijakan menciptakan parameter umum bagi pembuat keputusan dan bukan menyatakan secara spesifik apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kebijakan biasanya mengandung istilah mengambang yang membiarkan pembuat keputusan berinterprestasi, berikut adalah beberapa sampel pernyataan kebijakan:
·         Pelanggan selalu didahulukan dan harus selalu dipuaskan.
·         Kami mempromosikan dari dalam apabila memungkin.
·         Gaji karyawan selalu kompetitif dalam standar komunitas.

Perhatikan bahawa istilah dipuaskan, apabila memungkinkan, dan kompetitif membutuhkan interprestasi. Sebagai contoh, kebijakan membayar upah kompetitif tidak perlu memberitahu manajer sumber daya manusia perusahaan jumlah pasti yang harus dia bayarkan. Tetapi memadu orang yang membuat keputusan.

Keputusan Terprogram vs Keputusan Tidak Terprogram
Karakteristik
Terprogram
Tak Terprogram
Jenis Masalah
Terstruktur
Tak Terstruktur
Tingkatan Manajerial
Tingkat Bawah
Tingkat atas
Frekuensi
Berulang,rutin
Baru, tidak biasa
Informasi
Tersedia langsung
Mendua, tidak lengkap
Tujuan
Jelas, spesifik
Tidak Jelas
Kerangka waktu sosial
Pendek
Relatif Panjang
Solusi tergantung pada
Prosedur,peraturan,kebijakan
Pertimbangan dan kreativitas

2.      Kondisi Pembuatan Keputusan
Ketika membuat keputusan, manajer  mungkin menghadapi tiga kondisi yang berbeda yaitu: kepastian, risiko, ketidakpastian. Mati kita bahs karakterisitik masing-masing.
a.      Kepastian
Situasi yang ideal untuk membuat keputusan adalah kepastian, yaitu situasi dimana manajer dapat membuat keputusan yang akurat karena hasil dari setiap alternatif sudah diketahui.
b.      Risiko
Situasi yang jauh lebih umum ketimbang pembuat keputusan menurut kepastian adalah risiko, yaitu kondisi dimana membuat keputusan dapat mengestimasikan kemungkinan hasil yang pasti. Menurut risiko, manajer mempunyai data historis dari pengalaman pribadi dimasa lalu atau informasi skunder yang memperbolehkan mereka menempatkan kemungkinan pada alternatif yang berbeda.
c.       Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah manajer menghadapi situasi pembuatan keputusan yang tidak pasti. Pada kondisi tersebut, pilihan alternatif, pilihan alternatif dipengaruhi oleh terbatasnya informasi yang tersedia dan orientasi psikologi dari pemuat keputusan.manajer yang optimis akan mengikuti pilihan maximix (memaksimalkan kemungkinan payoff maksimum), manajer yang pesimistis akan mengikuti pilihan maximin (memaksimalkan kemungkinan payoff minimum), dan manajer yang ingin meminimalkan”regret” maksimumnya akan memilih pilihan maximix.
3.      Bias dan Kesalah Pembuatan Keputusan
·         Terlalu percaya diri
Banyak yang mereka lakukan atau memiliki pandangan positif yang tidak realistis tentang diri mereka sendiri dan kenerjanya.
·         Pengamatan
Kecenderuangan pembuat keputusan untuk melakukan kesalahan karena percaya bahwa setelah hasilnya diketahui, mereka dapat secara akurat mendeskripsikan hasil dari suatu kejadian.
·         Melayani diri sendiri
Cepat memperoleh kredit poin atas keberhasilannya dan menyalahkan kegagalan pada faktor dari luar.
·         Biaya tertanam
Pembuat keputusan lupa bahwa pilihan saat ini tidak dapat mengubah masa lalu. Mereka secara salah berusaha memperbaiki pengeluaran dimasa lalu termasuk waktu, uang, dan usaha dalam menilai pilihan ketimbang memperhatikan konsekuensi dimasa depan. Alih-alih mengindahkan biaya tertanam, mereka tidak dapat melupakannya.
·         Ketidakteraturan
Pembuat keputusan mencoba mencari arti dar kejadian yang bersifat acak. Mereka melakukan ha ini karena sebagian besar pembuat keputusan menghadapi kesulitan terkait dengan kesempatan, walaupun kejadian yang bersifat acak itu terjadi pada semua orang, dan tidak dapat dilakukan untuk memperkirakannya.
·         Gambaran
Manajer yang menunjukkan bias ini menggambarkan analogi dan melihat situasi yang sama yang sebenarnya tidak ada.
·         Ketersediaan
Menyebabkan pembuat keputusan cenderung mengingat kejadian terakhir dan yang terpatri jelas dibenak . bias ini mendistorsi kemampuannya mengingat kejadian secara objektif dan menghasilkan penilaian dan etimolasi probabilitas yang terdistorsi.
·         Pembingkaian
Pembuat keputusan memilih dan menyoroti aspek-aspek dari situasi tertentu tetapi membuang yang lain. Dengan memberi perhatian pada aspek khusus  dari situasi dan menyorotinya, sementara pada saat yang bersamaan menolak atau menghindari aspek yang lain, mereka mendistorsi apa yang dilihat dan menciptakan titik referensi yang salah.
·         Konfirmasi
Mereka cenderung menerima nilai nominal informasi yang mengkonfirmasi pandangannya yang diberikan sebelumnya kritis secara spektis terhadap informasi yang bertentangan dengan pandangan tesebut.
·         Pendapat Selektif
Hal ini mempengaruhi informasi yang diinginkan, masalah yang didefenisikan, dan alternatif yang dikembangkan.
·         Efek jangkar(anchoring effect)
Menggambarkan situasi ketika pembuat keputusan menetapkan informasi awal sebagai titik awal dan kemudian setelah ditetapkan gagal menyesuaikan secara memadai informasi berikutnya.
·         Gratifikasi Segera
Mencerminkan pembuatan keputusan yang cenderung menginginkan imbalan segera dan menghindarai biaya segera bagi individu tersebut.

E.      PEMBUAT KEPUTUSAN YANG EFEKTIF DI DUNIA DEWASA INI

a.      Menjelaskan bagaimana manajer dapat membuat keputusan yang efektif di dunia dewasa ini
Manajer dapat membuat keputusan yang efektif dengan memahami perbedaan  budaya dalam pembuatan keputusan, mengetahui kapan waktu untu keluar, menggunakan proses pembuatan yang efektif, dan membangun organisasi yang adapat menemukan hal yang terduga serta beradaptasi secara cepat dengan lingkungan yang berubah.
b.      Enam karateristik proses pembuatan keputusan yang efektif
1.      Berfokus pada apa yang penting
2.      Logis dan konsisten
3.      Mengakui pemikiran subjektif dan objektif secara campuran analitis dengan pemikiran intutif
4.      Hanya membutuhkan informasi yang cukup untuk memecahkan masalah
5.      Mendorong dan memandu pengumpulan informasi yang relevan secara oponi tertentu, dan
6.      Jelas dapat diandalkan, mudah digunakan dan fleksibel,
c.       Lima kebiasaan organisasi yang sangat dapat diandalkan
1.      Tidak tertipu dengan kesuksesan
2.      Tidak menempatkan para ahli digaris depan
3.      Membiarkan situasi tidak yang terduga  memberikan solusi
4.      Menerima kompleksitas
5.      Mengatisipasi sembari mengakui kesalahan.




















BAB III
HAKEKAT PEKERJAAN MANAJERIAL
Kepemimpinan adalah tuntutan peranan yang penting bagi para manajer dan alasan utama akan adanya pekerjaan manajerial,
A.    Pola-pola Aktivitas Khas Dalam Pekerjaan Manajerial
Para peneliti menggunakan metode deskriptif seperti observasi langsung, laporan dan wawancara. Para peneliti berusaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan seperti berapa banyak waktu yang digunakan manajer bagi dirinya sendiri atau berinteraksi dengan berbagai macam orang (seperti bawahan, rekan sejawat, atasan dan orang luar), seberapa sering manajer menggunakan bentuk interaksi itu berlangsung dan siapa yang memulainya.
a.      Langkah pekerjaan adalah cepat dan selalu meningkat
Penelitian tentang aktivis manajerial ternyata berlawanan dengan konsepsi umum manajer sebagai orang yang secara cermat membuat perencanaan dan menyusun kegiatan kemudian duduk dikantornya sambil menunggu terjadinya pengecualian atas operasi normal yang membutuhkan perhatian mereka.
b.      Isi pekerjaan bervariasi dan  terfragmentasi
Kegiatan manajer cenderung terfragmentasi disamping juga bervariasi. Interupsi seringkali terjadi, pembicaraan terpatah-patah, daan kegiatan penting diselingi dengan yang tidak penting yang membutuhkan perubahan perasaan secara cepat. Manajer dapat melakukan aktivitas yang berkisar dari pertemuan mengenai anggaran yang menyangkut keputusan tentang penggunaan berjuta-juta dolar.
c.       Banyak aktivitas bersifat reaktif
Aktivitas manajerial yang bersifat terfragmentasi mencerminkan fakta bahwa banyak interaksi di prakarsai oleh lain dan banyak perilaku manajer yang sifatnya reaktif bukannya proaktif. Stereotif umum para manajer adalah bahwa mereka menggunakan sebagian-sebagian besar waktunya untuk melakukan analisis cermat terhadap masalah bisnis dan mengembangkan rencana-rencana yang rumit untuk menanganinya.

1.      Kandungan Pekerjaan manajerial
     Penelitian deskriptif awal mengenai pekerjaan manajerial terutama membahas penyediaan deskripsi mengenai pola-pola kegiatan. Lalu fokus penelitian deskriptif telah berpindah kegolongan kandungan kegiatan-kegiatan manajerial berdasarkan tujuannya. Penelitian tersebut adalah menetapkan katagori perilaku yang mana yang memiliki arti, khas, dan relevan untuk menggolongkan aktivitas para manajer yang terlihat.
2.      Penelitian Tentang Uraian Tugas (Job Description)
Penelitian uraian tugas berusaha mengidentifikasi persyaratan perilaku untuk mencapai kinerja yang efektif atas pekerjaan manajerial. Persyaratan perilaku didefinisikan berdasar tanggung jawab dan tugas penting yang harus dilaksanakan, tanpa memperhatikan siapa yang memegang posisi.

3.      Peran-Peran Manajerial dari Mintzberg
Mintzberg (1973) lebih menggunakan pengamatan bukunya survey untuk mempelajari lebih lanjut kandungan aktivitas manajerial. Ia telah menyusun taksonomi mengenai peran manajerial yang digunakan untuk pengkodean kandungan aktivitas yang diamati dalam setudi mengenai para eksekutif. Peran manajerial berlaku bagi setiap manajer namun, kepentingan relatifnya dapat berbeda-beda bagi manajer tertentu dengan manajer lainnya. Peran manajer ditetapkan lebih dahulu oleh sifat dari posisi manajerial tersebut, namun, para manajer mempunyai beberapa fleksibelitas mengenai cara masing-masing peran tersebut diinterprestasikan dan diterapkan. Masing-masing peran akan dijelaskan secara singkat yaitu:
1.      Peran Proforma Pemimpin (Figurehead Role)
Sebagai konsekuensi dalam kewenangan formal mereka sebagai kepala organisasi atau salah satu subnitnya. Para manajer diharuskan untuk melakukan tugas simbolisn tertentu yang bersifat legal dan sosial. Manajer tersebut harus berpartisipasi dalam kegiatan tersebut meskiupun kegiatan itu hanya mempunyai kepentingan yang marjinal saja bagi pekerjaan mengelola.
2.      Peran Manajer Pemimpin
Para manajer bertanggung jawab agar sub unit organisasinya berfungsi sebagai kesatuan yang terintegrasi guna menegajar tujuan dasarnya.
3.      Peran Sebagai Penghubung
Peran sebagai penghubung yang mencakup perilaku yang bertujuan untuk menetapkan dan mempertahankan jaringan hubungan dengan para individu dan kelompok diluar unit.
4.      Peran Sebagai Pemantau
Para manajer berkelanjutan mencari informasi dari sejumlah sumber, seperti membaca laporan dan memo, hadir dalam pertemuan dan pengarahan dan melakukan perjalanan pengamatan.
5.      Peran Sebagai Disseminator (pembagi informasi)
Para manajer memounyai akses khusus ke sumber informasi yang tidaka tersedia bagi para bawahan.
6.      Peran Sebagai Juru Bicara
Para manajer juga diharuskan untuk menentukan informasi dan memberikan pernyataan tentang nilai kepada pihak yang diluar sub unit organisasi mereka.
7.      Peran Sebagai Wirausahawan
Manajer sebuah organisasi atau subunitnya bertindak sebagai pemrakasa dan perancang perubahan yang terkendali untuk memanfaatkan peluang dalam memperbaiki situasi yang ada sekarang.
8.      Peran Sebagai Orang Yang Menangani Kekacauan/Gangguan
Dalam peran ini, manajer menngani krisis yang mendadak yang tidak dapat diabaikan, yang berbeda dengan masalah yang dipecahkan secara sukarela oleh manajer tersebut guna memanfaatkan peluang (perean wirausahawan)
9.      Peran Sebagai Pengalokasi Sumber Daya
Para manajer menggunakan kekuasaan mereka untuk mengalokasikan sumber daya seperti uang, personalia, material, peralatan, fasilitas, dan jasa.
10.  Peran Sebagai Perunding
Perundingan apapun yang membutuhkan komitmen yang subtansial mengenai sumber daya akan terbantu oleh kehadiran manajer yang mempunyai kekuasaan untuk membuat komitmen tersebut.

B.      TEORI TENTAMG TUNTUTAN,KENDALA, DAN PEMILIHAN
Sebuah manajerial minteberg menjelaskan jenis manajerial yang dituntut yang umum bagi kebanyakan posisi manajerial dan administratif. Tetapi, penelitian deskriptif menunjukan bahwa para manajer juga mempunyai tuntutan peran unik yang spesifik bagi jenis posisi manajerial  tertentu dalam organisasi tertentu.
·         Tuntutan (Demands)
Adalah apa yang harus dilakukan orang yang memegang pekerjaan dan jika tidak melakukannya, ia akan berisiko menerima sanksi atau kehilangan posisi. Akibatnya, tuntutan adalah harapan mengenai peran dari orang yang mempunyai kekuasaan yang cukup besar untuk memperoleh kepatuhan.
·         Kendala (Containts)
Adalah karakteristik organisasi dan lingkungan eksternal yang membatasi apa yang dapat dilakukan oleh manajer. Termasuk didalamnya adalah peraturan yang birokratis, kebijakan, dan peraturan yang harus diawasi, serta kendala hukum seperti UU perburuan, peraturan tentang lingkungan, peraturan tentang jaminan keamanan, peraturan tentang keselamatan kerja. Jenis kendala lain menyangkut keberadaan sumber daya, seperti fasilitas, peralatan, pembiayaan sesuai anggaran , persediaan, karyawan dan peralatan pendukung.
·         Pemilihan (Choices)
Adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh manajer. Namun, tidak diharuskan untuk mengerjakannya, pemilihan peluang yang tersedia bagi para seorang pada jenis posisi manajerial tertentu untuk menerapkan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.

a.      Faktor-Faktor Yang Menggolongkan Pekerjaan Manajerial:
1.      Sejauh mana kegiatan manajerial itu terbangun sendiri (self-generating) atau merupakan tanggapan atas tuntutan, instruksi, dan masalah dari orang lain.
2.      Sejauh mana pekerjaan tersebut berulang bukannya bervariasi dan unik
3.      Jumlah ketidakpastian dalam pekerjaan
4.      Sejauh mana pekerjaan manajerial membutuhkan perhatian yang terus menerus untuk jangja waktu yang lama
5.      5 jumlah tekanan untuk memenuhi target waktu yang telah ditetapkan.

b.      Perubahan Sifat Pekerjaan Manajerial
Pekerjaan manajerial telah diubah oleh berubahnya tren perekonomian, politik dan kemasyarakatan (Dess&Picken, 2000). Tren menuju globlalisai terus semakin cepat karena menguatnya kompetisi asing, pasar luar negeri, menjadi lebih penting, dan lebih banyaknya perusahaan yang menjadi perusahaan multinasional dan berpartisipasi dalam usaha bersama lintas negara. Tanggung jawab manajerial makin melibatkan permasalahan internasional, dan para manajer harus mampu memahami. Berkomunikasi, dan mempengaruhi orang dari budaya yang berbeda.

c.       Kebijakan Yang Dimiliki Manajer
Penelitian situasional memberikan bukti yang kuat bahwa aspek situasi mempengaruhi pola kegiatan dan isi perilaku para manajer. Sebuah posisi manajerial menuntut berbagai hal kepada orang yang menjabatnya, dan tidakan pemegang jabatan itu menghadapi kendala berupa undang-undang, kebijakan, tradisi, dan lingkup kewenangan formal. Walau terdapat tuntutan dan kendala tersebut, beberapa pilihan mengenai perilaku masih tetap ada, khususnya yang berhubungan dengan aspek apa yang ditekankan dari pekerjaan itu, berapa banyak waktu yang digunakan untuk berbagi kegiatan, serta berapa banyak waktu yang digunakan untuk berhubungan dengan bermacam orang.

Kegiatan Manajerian Berdasarkan 4 Proses:
1.      Mengembangkan dan mempertahankan hubungan
2.      Memperoleh dan memberi informasi
3.      Membuat keputusan
4.      Mempengaruhi orang
Proses tersebut saling terkait diantara kegiatan manajer, dan setiap kegiatan khusus mana saja dapat dapat menyangkut dia ke proses atau lebih















DAFTAR PUSTAKA

Robbis P. Stephen.Coulter,Mary.2009.MANAJEMEN Edisi Kesepuluh Jilid 1.Jakarta : Erlangga

Gary,Yuki.2009.Kepemimpinan Dalam Organisasi.Jakarta : PT Mancanan Jaya Cemerlang

Komentar

Postingan Populer